Kamis, 26 November 2015

Cerpen Karangan: Dewi Mustika
Facebook: Dewi Mustika
Nama: Dewi Mustika
Panggilan: Uty
Sebuah keramaian di sebuah tempat, tapi tepat ini yang masih tampak cerah sepi dan damai. Seorang lelaki yang turun dari mobil mewah. Wajahnya tampan dan memesona, ia memandangi seorang gadis di seberang ia berdiri. Gadis itu tengah bertengkar dengan seorang pria. Lelaki itu tampak simpatik. Sedang wajah gadis itu tampak sedih dan muram. Mereka memasuki area sekolah. Mereka berdiri di garis gerbang. Lelaki itu memandanginya. Gadis itu yang merasa dipandangi pun menoleh dan didapatinya seorang lelaki tampan yang memperhatikannya. Gadis itu menatapnya, namun hanya sebentar, lalu pergi menuju kelasnya. Dan lelaki itu diam membisu sambil menatap langkah kaki gadis itu yang sudah masuk ke dalam kelasnya.
Sama seperti Bayu lelaki yang menatapnya di gerbang. Kehidupanya juga seperti Sophie gadis itu. Orangtuanya yang selalu bertengkar, bahkan hampir bercerai. Membuatnya selalu murung dan pendiam. Semua berawal dari tatapan itu. Sophie berjalan menuju tata usaha. Ia dipanggil karena belum juga membayar uang sekolah, apalagi ini sudah lewat 2 minggu dari tanggal pembayaran. Tepat pada saat itu, Sophie berpapasan dengan Bayu. Menatap sejenak lalu saling acuh. Suara itu terdengar dari luar. Ternyata Bayu masih berdiri di pintu tata usaha. Ia terus mendengar kemarahan Ibu tata usaha yang meminta agar uang sekolah Sophie segera dilunasi.
Sophie berjalan gontai tak tentu arah. Raut wajahnya penuh kemurungan dan hati yang tak enak. Langkahnya kecil, perlahan, dan wajahnya tertunduk. Kakinya melangkah masuk ke dalam sebuah toko. Sophie berjalan penuh kemarahan dan kesedihan. Dan lagi Bayu menatapnya yang ke luar dari toko. Sophie membalas pandangannya dengan senyum tipis dan berlalu pergi. Mereka berjalan beriringan, langkah kaki Sophie yang sedikit cepat diikuti langkah kaki Bayu yang panjang dan santai. Sophie mengeluarakan jaket dari dalam tas. Lampunya merah Sophie menyeberangi jalan. Bayu melihat sebuah benda jatuh dari tasnya dan mengambilnya berusaha mengejar, namun lampu telah hijau. Tapi, tanpa pikir panjang Bayu menerobos jalan. Menarik tangan Sophie dan memberikan benda itu. Sophie mentapnya heran, tersenyum. Tapi setelah melihat lampu yang baru saja berubah merah ia menatap penuh rasa bersalah.
“makasih, maaf aku gak punya apapun sebagai tanda terima kasih,” ucapnya seraya menangis.
“makasih udah cukup, lain kali hati-hati,” katanya tersenyum dan pergi.
Sophie berjalan masuk kelas. Ia dipanggil lagi ke ruang TU. Setelah ke luar didapatinya Bayu di depannya. Senyuman nan indah mengawali kedekatan mereka. Mereka berbincang dan menemukan suatu kenyamanan. Bayu melihat lagi, Sophie yang ke luar dari toko lain kali ini. Disapanya Sophie, Sophie kaget, untuk saja baginya ia menutup seragam tokonya dengan jaket. Kedekatan yang terjalin membuat kebahagiaan tersendiri untuk mereka. Duduk berdua di taman, Sophie dan Bayu. Nampak akrab dan begitu ceria. Bayu mengantarkan pulang Sophie. Saat Sophie masuk ke dalam rumah didengarnya suara lelaki yang marah. Bayu segera pulang.
Di momen yang begitu membahagiakan. Sophie berjalan di tengah lapangan, ia tersenyum begitu manis saat melihat Bayu di depan kelasnya. Sophie naik ke atas bersandar di pinggir, pegangan. Dilihatnya Bayu sudah ada di tengah lapangan dengan kertas yang lebar dibacanya, itu untuknya. Ungkapan cinta dan permintaan untuk menjadi pacarnya. Sophie sungguh terkejut. Ini pertama kalinya, dan Bayu mengungkapkannya di depan umum. Sophie tersenyum malu, tapi ia pergi. Bayu pasrah. Tapi salah. Sophie mendekatinya dan tersenyum padanya. “ya! Aku juga sayang sama kamu!”
Bayu menjemput Sophie untuk jalan bareng. Sophie ke luar dari dalam rumah bersama Kakaknya yang memarahinya. Bayu yang berdiri di balik pagar, terdiam melihatnya. Sophie kaget dan berjalan pelan menujunya.
Tujuan pertama mereka adlaah taman nan indah dan sejuk. Menambah suasana yang indah menjadi romantis. Tapi itu tak lama, setelah Sophie mengungkapkan kehidupan pribadinya yang kelam. Air matanya perlahan jatuh dan ia sandarkan kepalanya di pundak Bayu.
“kak.. jangan pernah tiggalin aku sendiri ya? Aku kesepian..” ungkapnya.
Sophie semakin terbebani dengan pikirannya. Uang spp-nya yang sudah menunggak 4 bulan. Kini menjadi beban terberat Sophie. Ia tak tahu lagi harus berbuat apa. Terlebih lagi Kakaknya yang selalu berjudi dan meminta uang hasil kerja Sophie. Kesedihan selalu menyelimutinya yang tak tahan lagi dengan semua ini.
Bayu mencari Sophie ke rumahnya. Dan jawaban yang ia dapat begitu menusuk hatinya.
“anak itu sudah tidak tinggal lagi di sini, dia udah pergi dan itu bukan urusan saya, lebih baik anda pergi, pergi sekarang juga!!” tegas Kakak Sophie.
Bayu pergi dengan kekecewaan. Ia tak tahu lagi harus mencari Sophie ke mana. Dan kenyataan menamparnya lagi, Sophie telah ke luar dari sekolah. Kini janji yang telah dinodai oleh Sophie sendiri. Ia yang meminta, tapi ia yang pergi meningggalkan Bayu sendiri. Kesedihan pun menyelimuti mereka lagi. Kebahagiaan telah hilang. Bayu hanya bisa menunggu hingga daun gugur menjadi bukti keberadaan Sophie.
Cerpen Karangan: Dewi Mustika
Facebook: Dewi Mustika
Nama: Dewi Mustika
Panggilan: Uty